Kerukunan Saat Nataru Simbol Kematangan Jati Diri Bangsa Indonesia Yang Majemuk

Author by kilaucak | Post on December 15, 2024 | Category Opini

Oleh : Lukman Keenan Adar )*

Momen Natal 2024 dan Tahun Baru (Nataru) 2025 selalu membawa sukacita bagi banyak orang di seluruh dunia, termasuk Indonesia. Namun, di balik semarak perayaan, terdapat sebuah nilai luhur yang seharusnya senantiasa dijaga dan dipelihara, yaitu kerukunan antarumat beragama.

Menjaga kerukunan pada perayaan Nataru bukan sekadar tradisi, melainkan sebuah cerminan jati diri bangsa Indonesia sebagai bangsa yang beradab. Oleh karena itu, sangat penting seluruh elemen bangsa untuk merawat harmoni di tengah perayaan Nataru 2024/2025 sebagai wujud nyata identitas bangsa yang menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan.

Indonesia merupakan negara yang kaya akan keberagaman suku, agama, ras, dan budaya. Keberagaman itu merupakan anugerah sekaligus tantangan. Hal tersebut menjadi kekuatan yang mempersatukan bangsa, tetapi juga berpotensi menimbulkan gesekan jika tidak dikelola dengan bijak.

Perayaan Nataru menjadi momentum penting untuk merajut kembali tali persaudaraan, mempererat persatuan, dan menunjukkan kepada dunia bahwa Indonesia adalah bangsa yang damai dan toleran.

Esensi dari kerukunan terletak pada pemahaman dan penghormatan terhadap perbedaan, mengakui hak setiap individu untuk menjalankan ibadahnya sesuai dengan keyakinan masing-masing, serta membangun interaksi sosial yang harmonis tanpa memandang latar belakang agama.

Menteri Agama Republik Indonesia, Nasaruddin Umar, menyerukan kepada seluruh masyarakat untuk senantiasa menjaga keharmonisan dan kerukunan antarumat beragama menjelang perayaan Nataru 2024/2025.

Beliau menekankan pentingnya memelihara hubungan baik antarsesama warga bangsa. Menag juga mengajak seluruh umat beragama untuk saling mendukung dalam perayaan hari besar keagamaan masing-masing.

Menurutnya, perbedaan merupakan sebuah keindahan yang patut disyukuri. Ia mengingatkan bahwa dengan menjaga kerukunan, bangsa Indonesia sesungguhnya sedang menunjukkan jati dirinya sebagai bangsa yang besar dan beradab.

Seruan tersebut menggarisbawahi bahwa perayaan Nataru bukan hanya sekadar perayaan keagamaan bagi umat Kristiani, tetapi juga momentum untuk mempererat tali persaudaraan antarsesama anak bangsa.

Pemerintah juga sudah menetapkan jadwal libur Nataru melalui Surat Keputusan Bersama (SKB) 3 Menteri sebagai bentuk keberpihakan negara bagi masyarakat yang hendak merayakan. Penetapan libur itu juga diharapkan memberikan kesempatan bagi masyarakat untuk berkumpul bersama keluarga dan mempererat tali silaturahmi.

Senada dengan Menag, Alumni DAI Polri 2021, Ipda Andi Sharif Al-Qadri, menekankan pentingnya toleransi dalam keberagaman bangsa. Menurutnya toleransi penting dijaga selama tidak menyentuh aspek akidah atau keyakinan pribadi. Keberagaman di Indonesia sebagai kekayaan sekaligus tantangan yang membutuhkan upaya bersama untuk menjaga toleransi dan harmoni di tengah masyarakat. Andi Sharif mengutip pemikiran Hans Küng tentang pentingnya dialog antaragama untuk mewujudkan perdamaian antarbangsa.

Dialog tersebut harus didasari pemahaman mendalam terhadap ajaran agama masing-masing, sehingga terjalin saling pengertian dan kerukunan antaragama. Ia menambahkan bahwa dialog antaragama memerlukan presuposisi awal agar dapat berjalan dengan baik.

Menurutnya, umat beragama di Indonesia, termasuk Nasrani, Kristen, Buddha, Hindu, dan Konghucu, hendaknya mendalami dasar-dasar agamanya masing-masing agar dapat meningkatkan toleransi antar sesama.

Alumni DAI Polri 2021 tersebut juga mengingatkan bahwa Islam adalah agama yang moderat dan toleran. Pemahaman agama yang benar diharapkan dapat mencegah konflik di tengah keberagaman.

Pernyataan tersebut menegaskan bahwa toleransi bukanlah bentuk pengkhianatan terhadap keyakinan, justru menjadi wujud pengamalan nilai-nilai agama secara benar. Toleransi aktif juga berarti turut serta menjaga keamanan dan ketertiban selama perayaan, serta menghindari tindakan-tindakan yang dapat mengganggu kekhusyukan ibadah umat lain.

Presiden Prabowo Subianto melalui Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah (Mendikdasmen) Abdul Mu’ti menginstruksikan agar pelaksanaan Nataru tidak menimbulkan persoalan di masyarakat.

Presiden Prabowo mengharapkan antisipasi terhadap mobilitas masyarakat, terutama mengingat musim hujan dan potensi bencana alam yang terjadi belakangan ini. Arahan itu menunjukkan bahwa pemerintah tidak hanya fokus pada aspek perayaan, tetapi juga pada aspek keamanan dan kenyamanan masyarakat.

Selain itu, Presiden juga menginstruksikan agar kementerian terkait menjaga koordinasi dalam menyikapi berbagai kinerja, menunjukkan komitmen pemerintah dalam memastikan kelancaran dan keamanan perayaan Nataru.

Arahan tersebut menekankan pentingnya koordinasi lintas sektoral dalam menghadapi potensi permasalahan selama perayaan Nataru, seperti pengaturan lalu lintas, penanggulangan bencana, dan pengamanan.

Pemerintah juga telah menyiapkan berbagai langkah antisipasi untuk mengatasi potensi gangguan keamanan dan ketertiban selama perayaan Nataru, termasuk pengamanan di tempat-tempat ibadah, pusat perbelanjaan, dan tempat-tempat umum lainnya.

Perayaan Nataru hendaknya dimaknai sebagai momentum untuk memperkokoh persatuan dan kesatuan bangsa. Bangsa Indonesia telah membuktikan bahwa keberagaman bukanlah penghalang untuk hidup berdampingan secara damai.

Menjaga kerukunan pada perayaan Nataru merupakan wujud nyata dari komitmen bangsa untuk menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan dan persaudaraan. Dengan menjaga kerukunan, Indonesia menunjukkan kepada dunia bahwa bangsa ini adalah bangsa yang beradab dan menjunjung tinggi toleransi.

Oleh karena itu, seluruh elemen bangsa, dari Sabang sampai Merauke, perlu bahu membahu menjaga harmoni dan kedamaian selama perayaan Nataru 2024/2025. Perbedaan keyakinan seharusnya tidak menjadi pemisah, melainkan menjadi kekuatan untuk membangun bangsa yang lebih maju dan bermartabat.

Kerukunan yang terjaga dengan baik pada momen itu akan menjadi hadiah terindah bagi bangsa Indonesia dan menjadi cermin bagi dunia tentang indahnya keberagaman yang hidup berdampingan dalam harmoni.

Semangat gotong royong dan saling membantu antar sesama, tanpa memandang perbedaan agama, juga perlu ditingkatkan. Hal tersebut dapat diwujudkan melalui kegiatan-kegiatan sosial yang melibatkan seluruh elemen masyarakat, seperti bakti sosial, penggalangan dana untuk korban bencana, atau kegiatan-kegiatan kebersihan lingkungan. Dengan demikian, perayaan Nataru tidak hanya dirayakan dengan suka cita, tetapi juga diisi dengan kegiatan-kegiatan positif yang bermanfaat bagi masyarakat luas.

)* Penulis adalah kontributor Persada Institute

RELATED POSTS